Ucapan Lemah Lembut Kepada Orang Tua Adalah Perkara Yang Agung

Keutamaan kita berakhlak baik dan memuliakan orang tua

Assalamualaikum teman teman sudah kah kalian berbicara lembut pada orang tua kalian hari ini??


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Di zaman ini, akhlak baik kepada orang tua seakan semakin sirna. Apalagi sudah disibukkan dengan anak dan istri. Atau barangkali ada kesibukan yang sebenarnya tidaklah urgent, namun ketika ortu memanggil, jawaban sang anak, “Aduh Bund, ini lagi asyik nih. jangan ganggu terus dong.” Gitulah anak Gen-Z kadang dengan jawaban yang kasar, bahkan sambil marah-marah. Itulah karena terpengaruh Handphone dan Game Online, lingkungan dan lainnya.


mungkin sebagian teman teman tahu juga bahwa ada pepatah yang mengatakan “Surga itu dibawah telapak kaki Ibu” yang mana arti nya ialah ibu salah satu dari berbagai cara kita untuk masuk Surga, yang mana salah datu cara ny juga itu dengan memuliakan orang tua terutama Ibu kta sendiri.


Disebutkan oleh Imam Al Bukhari pula dalam kitab yang sama, dari Urwah, ia berkata mengucapkan firman Allah,


وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al Isro’: 24)


قاَلَ: “لاَ تَمْتَنِعْ مِنْ شَيْءٍ أحَبَّاهُ


Lalu ia berkata, “Janganlah engkau menolak sesuatu yang diinginkan oleh keduanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 9, shahih secara sanad).



Coba teman teman sekalian baca 2 hadits di atas dan renungin arti dari kedua hadits tersebut, gimana? dua hadits pendek itu saja memliki makna yang cukup besar untuk menyadarkan kita bahwasanya penting untuk kita berakhlak mulia dan memuliakan kedua orang tua kita.


Coba teman teman lihat kembali pada hadits berikut yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam kitab Al adabul mufrod.


Dari Thaisalah bin Mayyas , ia berkata,


كُنْتُ مَعَ النَّجَدَاتِ ، فَأَصَبْتُ ذَنُوْبًا لاَ أَرَاهَا إِلاَّ مِنَ الْكَبَائِرِ، فَذَكَرْتُ ذَالِكَ ِلابْنِ عُمَرَ. قاَلَ: مَا هِىَ؟ قلُتْ:ُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: لَيْسَتْ هَذِهِ مِنَ الْكَبَائِرِ، هُنَّ تِسْعٌ: اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَقَتْلُ نِسْمَةٍ، وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَةِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ، وَإِلْحَادُ فِي الْمَسْجِدِ، وَالَّذِيْ يَسْتَسْخِرُ ، وَبُكَاءُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْعُقُوْقِ، قاَلَ: لِي ابْنُ عُمَرَ: أَتَفَرَّقُ النَّارَ ، وَتُحِبُّ أَنْ تَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قُلْتُ: إِيْ، وَاللهِ! قَالَ: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قُلْتُ: عِنْدِيْ أُمِّىْ. قَالَ: فَوَاللهِ! لَوْ أَلَنْتَ لَهَا الْكَلاَمَ، وَأَطْعَمْتَهَا الطَّعَامَ، لَتَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مَا اجْتَنَبْتَ الْكَبَائِرَ.


Ketika tinggal bersama An Najdaat, saya melakukan perbuatan dosa yang saya anggap termasuk dosa besar. Kemudian saya ceritakan hal itu kepada ‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau lalu bertanya, ”Perbuatan apa yang telah engkau lakukan?” ”Saya pun menceritakan perbuatan itu.” Beliau menjawab, “Hal itu tidaklah termasuk dosa besar. Dosa besar itu ada sembilan, yaitu mempersekutukan Allah, membunuh orang, lari dari pertempuran, memfitnah seorang wanita mukminah (dengan tuduhan berzina), memakan riba’, memakan harta anak yatim, berbuat maksiat di dalam masjid, menghina, dan [menyebabkan] tangisnya kedua orang tua karena durhaka [kepada keduanya].” Ibnu Umar lalu bertanya, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk surga?” ”Ya, saya ingin”, jawabku. Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” “Saya masih memiliki seorang ibu”, jawabku. Beliau berkata, “Demi Allah, sekiranya engkau berlemah lembut dalam bertutur kepadanya dan memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 8, shahih. Lihat Ash Shahihah 2898).


Lihatkan teman teman bagaimana sikap lemah lembut pada orang tua yang mengandung dan membesarkan kita hingga saat ini bisa memasukkan kita kedalam Surga Nya Allah, MasyaAllah … ternyata begitu ringan amalan tersebut bagi siapa yang Allah mudahkan.


Semoga kita kembali teringat dengan adanya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,


رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ


Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551).


jadikanlah bukti pada orang tua, bahwa berakhlak baik dan memuliakan kedua nya itu adalah jalan sebagian menuju kepada SurgaNya Allah ta’ala yang penuh kenikmatan tiada tara.


Dari Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,


رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ


“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam).


Semoga Allah memberikan kita semoga kita masih diberikan kesempatan waktu taufiq dan tenaga selalu untuk berbakti kepada kedua orang tua kita masing ya teman teman, karena semua akan terasa sangat berharga jika sesuatu itu sudah tidak ada.


– Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat –


Cibubur, Jawa Barat, 3 January 2023